Senin, 14 Maret 2011

MODEL KESUKSESAN PENERAPAN ENTERPRISE RESOURCE PLANNING PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI BALI


Latar Belakang
Makin pesatnya perkembangan teknologi informasi akhir-akhir ini membuat banyak organisasi dan perusahaan berusaha mengadopsi teknologi informasi yang terbaru untuk dapat memenangkan persaingan.Dalam era persaingan bisnis yang dinamis dan sangat cepat berubah,teknologi informasi tidak lagi dipandang sebagai pelengkap atau pendukung, akan tetapi sudah menjadi salah satu penentu bagi kesuksesan bisnis suatu perusahaan.
Teknologi informasi diaplikasikan dalam perusahaan untuk meningkatkan produktivitas dan membantu pencapaian kualitas, standar waktu, dan kepuasan baik bagi konsumen maupun karyawan, dimana dalam bisnis hal ini diwujudkan dalam sekumpulan system yang terdiri atas system informasi dan infrastruktur pendukungnya.
Salah satu solusi yang menjadi primadona bisnis pada saat ini adalah paket untuk mengelola sumber daya perusahaan secara keseluruhan atau yang umum dikenal dengan istilah Enterprise Resource Planning (ERP).ERP mempunyai kemampuan untuk mengintegrasikan semua proses yang ada dalam area fungsional perusahaan,antar departemen,maupun antar lokasi yang berbeda. Dengan integrasi system ini data yang tadinya didapat dari system yang berbeda-beda akan diintegrasikan menjadi sistem tunggal dengan format yang standar.
Dengan demikian tidak ada lagi perbedaan proses yang terjadi antar fungsi,antar departemen, maupun antar lokasi yang berbeda.
Kemampuan untuk mengintegrasikan proses bisnis di suatu perusahaan ini yang kemudian menjadi daya tarik tersendiri bagi pihak manajemen untuk menerapkan ERP. Hal inilah yang selanjutnya melatarbelakangi banyak perusahaan didunia,termasuk diIndonesia berama-ramai untuk menerapkan ERP diperusahaannya.
Saat ini penerapan ERP pada perusahaan besar sudah menjadi kategori wajib,dapat diambil contoh perusahaan tenaga listrik seperti di Malaysia dan China,berturut-turut diwakilkan oleh Tenaga Bhd dan Shanghai Power telah lama menerapkan ERP.Untuk mensejajarkan diri dengan perusahaan-perusahaan penyedia listrik tingkat dunia,PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dituntut untuk menerapkan ERP dengan harapan akan meningkatkan kompetensi perusahaan.
Pada tahun 2005 PTPLN (Persero) me-rollout aplikasi ERP yang diterapkan di tiga proses bisnis,yaitu: Keuangan (Financia lManagement), Sumber Daya Manusia (Human Resource) dan Pergudangan (Material Management). PT PLN (Persero) Distribusi Bali merupakan salah satu unit pilot project penerapan ERP yang dilakukan PT PLN (Persero).
Salah satu perangkat lunak ERP adalah SAP (System Applications and Products). Sebagai sistem ERP yang cukup popular, SAP telah digunakan banyak perusahaan di Indonesia. Dengan pertimbangan khusus pula, PT PLN (Persero) memilih SAP sebagai paket perangkat lunak ERP.
Keputusan untuk menerapkan SAP bukanlah keputusan yang mudah karena penerapan SAP membutuhkan biaya yang tinggi. Kebutuhan biaya bukan hanya diperlukan untuk pembelian aplikasi SAP saja, tetapi juga untuk pembelian hardware, database, jaringan komunikasi data dan juga biaya konsultan yang membantu pekerjaan penerapan sistem. Setelah sistem SAP diterapkan, manajemen perlu mengetahui apakah penerapan sistem tersebut berhasil atau tidak. Pengukuran keberhasilan penerapan sistem informasi sangat diperlukan bagi manajemen untuk mengetahui apakah investasi yang telah dikeluarkan memberikan nilai tambah bagi perusahaan.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut.
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesuksesan penerapan ERP (dalam hal ini SAP) di  PT PLN (Persero) Distribusi Bali?
2. Bagaimana model kesuksesan penerapan ERP yang sesuai dengan penerapan di PT PLN (Persero) Distribusi Bali?

Tujuan Penelitian                                                                 
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan penerapan ERP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali dengan model sukses penerapan ERP yang sesuai.

Tinjauan Pustaka
Sari (2008) melakukan penelitian terhadap penerapan ERP di perusahaan PT Chevron Pasific Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh apa user memberikan suatu bentuk acceptance terhadap sistem ERP, model penelitian mengacu dan berpatokan pada model UTAUT (Unified Theory of Acceptance and Use of Technology). Produk ERP yang digunakan adalah JD.Edward EnterpriseOne – 8.11 version.
Ramadhanny (2005) melakukan penelitian pada industri cor logam di Klaten (PT Sinar Semesta). Tujuan utama penelitian tersebut adalah melakukan pengkajian penerapan sistem ERP pada perusahaan dan proses bisnis serta sistem informasi pada perusahaan cor logam. Hasilnya adalah berupa perancangan sistem informasi terintegrasi dengan menggunakan ERP.
Muddasir (2008) melakukan penelitian terhadap pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Menteng Tiga yang menggunakan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) dalam menjalankan tugas sehari-hari. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai faktor-faktor apa saja yang menunjang kesuksesan penerapan SIDJP. Model yang digunakan dalam penelitian adalah model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean (1992) yang dimodifikasi dengan menambahkan konstruk kualitas pelayanan (service quality) serta menghilangkan konstruk penggunaan (use) dan dampak organisasi (organizational impact) dari model.
Penelitian yang akan dilakukan berfokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan penerapan ERP dalam hal ini penerapan SAP. Model sukses penerapan SAP dalam penelitian ini mengadopsi model DeLone dan McLean (2003). Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Structural Equation Modeling (SEM) dengan menggunakan perangkat lunak Analysis of Moment Structures (AMOS). Adapun perusahaan yang akan menjadi objek penelitian adalah PT PLN (Persero) Distribusi Bali.
Enterprise Resource Planning (ERP) System
Definisi
Dhewanto dan Falahah (2007) mendeskripsikan ERP sebagai sebuah konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya organisasi agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholder) atas organisasi tersebut.
SAP
SAP terdiri atas beberapa modul yang saling terintegrasi. Produknya utamanya meliputi SAP ERP Enterprise Core, yang merupakan solusi aplikasi ERP, dan SAP Bussiness Suite, yang merupakan paket solusi aplikasi e-bisnis dan berbagai aplikasi-aplikasi lainnya. Untuk pasar ERP, SAP merupakan pemimpin pasar di seluruh dunia dengan penguasaan pasar lebih dari 65%.

Model Dasar Kesuksesan Teknologi Informasi
DeLone dan McLean (1992) mengembangkan suatu model parsimoni (model yang lengkap tetapi sederhana) yang mereka sebut dengan nama Model Kesuksesan Sistem Informasi DeLone dan McLean (D&M IS Success Model). Dari kontribusi beberapa penelitian sebelumnya dan akibat perubahan peran dan penanganan sistem informasi yang telah berkembang DeLone dan Mclean (2003) memperbarui modelnya dan menyebutnya sebagai Model Kesuksesan Sistem Informasi D&M Diperbarui (Updated D&M IS Success Model). Model yang diusulkan ini merefleksikan ketergantungan dari enam pengukuran kesuksesan sistem informasi. Keenam elemen atau faktor atau komponen atau pengukuran dari model ini adalah sebagai berikut.
1. Kualitas Sistem (System Quality) digunakan untuk mengukur kualitas sistem teknologi informasinya sendiri.
2. Kualitas Informasi (Information Quality) mengukur kualitas keluaran dari sistem informasi.
3. Kualitas Pelayanan (Service Quality) awalnya digunakan di penelitian pemasaran (marketing). Penelitian-penelitian sistem informasi yang memasukkan pengukuran kualitas pelayanan (service quality) ke dalam model D&M meminjamnya dari penelitian pemasaran.
4. Penggunaan Informasi (Use) adalah penggunaan keluaran suatu sistem informasi oleh penerima.
5. Kepuasan Pemakai (User Satisfaction) adalah respon pemakai terhadap penggunaan keluaran sistem informasi.
6. Manfaat Bersih (Net Benefits) merupakan penggabungan dampak individual (individual impact) dan dampak organisasional (organizational impact). Dampak individual (individual impact) merupakan efek dari informasi terhadap perilaku pemakai. Sedangkan dampak organisasi (organizational impact) merupakan impak dari informasi terhadap kinerja organisasi.

Structural Equation Modelling (SEM)
Structural equation Modelling (SEM) merupakan gabungan dari dua metode statistik yang terpisah yaitu analisis faktor (factor analysis) serta model persamaan simultan (simultaneous equation modelling).

Observed Variabel (Manifest) dan Unobserved Variabel (Latent)
Variabel penelitian adalah konsep abstrak yang dapat diukur. Konsep abstrak yang langsung dapat diukur disebut observed variabel atau 8
manifest. Namun demikian ada konsep abstrak yang tidak dapat diukur langsung atau unobserved variabel (sering juga disebut latent atau konstruk).

Latent Variabel
Ada dua jenis latent variabel yaitu latent variabel eksogen (independen) dan endogen (dependen). Kedua jenis konstruk ini dibedakan apakah mereka berkedudukan sebagai variabel dependen atau bukan dependen dalam suatu model persamaan. Konstruk eksogen adalah variabel independen, sedangkan kosntruk endogen adalah semua variabel dependen.

Metodologi Penelitian
 Bahan Penelitian

Data yang menjadi bahan penelitian ini terdiri dari dua sumber data, yakni: data primer dan data sekunder.
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui kuesioner yang disebarkan dan pengamatan atau studi lapangan yang dilakukan secara langsung kepada pengguna SAP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali (responden) sebagai sumber data pertama.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh bukan melalui pengamatan atau studi lapangan yang dilakukan secara langsung, akan tetapi menggunakan data yang bersumber dari dokumen-dokumen perusahaan, publikasi ilmiah, atau publikasi lainnya yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Publikasi dapat berupa jurnal, hasil penelitian yang pernah dilakukan orang lain, maupun juga dari media massa dan situs internet (website).

Alat Penelitian
Penelitian ini menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) sebagai alat untuk mengukur dimensi-dimensi yang mempengaruhi kesuksesan penerapan Enterprise Resource Planning (dalam hal ini adalah penerapan SAP) di PT. PLN (Persero) Distribusi Bali dengan mengadopsi model sukses sistem informasi DeLone dan Mclean dan pengukur-pengukur dari penelitian-penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. Pengukuran variabel dilakukan dengan menggunakan skala Likert.


Jalan Penelitian
 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT PLN (Persero) Distribusi Bali. Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Cluster Sampling. Anggota populasi yang dipilih menjadi sampel adalah manager dan staf yang menjadi pengguna SAP di PT PLN Distribusi Bali yang berjumlah 70 orang.
1. Model Berbasis Teori
Model untuk mengukur kesuksesan penerapan SAP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali dibuat dengan mengadopsi teori model sukses sistem informasi DeLone dan Mclean (2003), namun kemudian disederhanakan agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan kondisi penerapan SAP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali
2.Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel dan indikator yang digunakan dalam mengukur kesuksesan penerapan SAP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali
3.Identifikasi Model (Model Identification)
Menurut Santosa (2007) estimasi dan penilaian model dapat dilakukan jika mempunyai nilai degree of freedom positif. Dengan demikian besaran degree of freedom (df) perlu diketahui karena menentukan apakah sebuah model layak diuji atau tidak.

4. Menguji Model (Model Testing & Model Estimation)
Dari pengujian measurement model, diharapkan akan diperoleh keeratan hubungan antara indikator dengan konstruknya dan memperoleh sejumlah korelasi yang menunjukkan hubungan antar konstruk.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan kajian teori, maka dibuat diagram alur hubungan kausalitas antar konstruk beserta indikatornya,Model yang baik sangat dipengaruhi oleh validitas indikator dan reliabilitas konstruk. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas terhadap model tersebut.
1. Uji Validitas
Validitas diuji melalui analisis faktor konfirmatori. dari semua indikator tidak ada yang lebih kecil dari 0,50. Dengan demikian, maka semua indikator dinyatakan valid dan proses evaluasi model dapat dilanjutkan.
2. Uji Reliabilitas
Instrumen yang dipakai akan dianggap reliabel apabila nilai Cronbach’s Alph. bahwa semua item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur masing-masing konstruk penelitian dapat dinyatakan handal atau reliable
Identifikasi Model
Identifikasi berkaitan dengan apakah tersedia cukup informasi untuk mengidentifikasi adanya sebuah solusi dari persamaan struktural.
1. Degree of Freedom (Df)
Dari hasil pengujian menggunakan AMOS didapat nilai Df sebesar 24 yang berarti bahwa df mempunyai nilai positif, sehingga pengujian pada model dapat dilakukan
2.Uji Normalitas
Sebuah distribusi dikatakan normal jika angka cr skweness atau cr kurtosis ada di antara -2,58 atau di atas +2,58.
3. Uji Outlier
a) Univariate Outlier
Menurut Hair (1998) dalam Ghozali (2006 : 40) untuk kasus sampel kecil (kurang dari 80), maka standar skor dengan nilai e” 2,5 dinyatakan outlier. Dari hasil pengujian tidak ada nilai z-score yang diatas 2,5, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah univariate outlier pada penelitian ini.
b) Multivariate outlier
Dalam penelitian ini digunakan 9 indikator, oleh karena itu semua kasus yang mempunyai mahalanobis distance yang lebih besar dari 2 (9, 0,001) = 27,877 adalah outlier multivariate. Dari hasil pengujian didapat nilai mahalonobis yang tertinggi adalah 18,616. Nilai tersebut masih di bawah 27,877, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multivariate outlier.
Uji Kausalitas (Regression Weights)
Dari pengolahan AMOS yang diperoleh, seperti ditunjukkan pada Tabel 8, terlihat bahwa nilai C.R. yang identik dengan uji-t dalam regresi secara signifikan tidak sama dengan nol, hal ini menunjukkan bahwa hubungan kausalitas yang disajikan dalam model itu dapat diterima.
Interpretasi dan Modifikasi Model
Jika nilai standardized residual covariance matrix lebih kecil dari 2,58, maka model tersebut dapat diterima. Dari hasil pengolahan AMOS ternyata tidak ada nilai residual standar yang lebih besar dari 2,58 maka model pada Gambar 2 dapat diterima atau model tersebut tidak perlu dimodifikasi
 Analisis Hubungan Konstruk Eksogen dan Endogen
Hasil output pada program AMOS dapat dilihat pada Tabel 8 yang sudah ditampilkan sebelumnya. Dua baris pertama (pada kolom P) dari output menjelaskan hubungan antar konstruk. Nilai tersebut sudah dibawah 0,05 dengan demikian memang ada hubungan yang nyata antara konstruk kualitas sistem dengan konstruk net benefit demikian pula antara konstruk kualitas informasi dengan konstruk net benefit.
Menurut Santosa (2007) angka korelasi cut off (standar) pada prakteknya tidak ada pedoman yang pasti. Namun angka di atas 0,5 pada umumnya dijadikan acuan adanya keeratan antara dua variabel. Jika dilihat pada Tabel 4 yang telah ditampilkan sebelumnya terlihat bahwa dua angka korelasi pada dua baris pertama sudah di atas 0,5. Hal ini menunjukkan adanya korelasi yang erat di antara konstruk kualitas sistem dan kualitas informasi dengan net benefit
Analisis Hubungan Antar Konstruk Eksogen
Sama dengan pengujian hubungan variabel eksogen dengan endogen yakni berdasar angka P, dengan cut off sebesar 0,05. Gambar 3 berikut adalah analisis yang dilakukan berdasarkan output estimates pada bagian covariance dan correlation.
Pada model hanya ada satu kovarians, yaitu hubungan dua variabel eksogen kualitas sistem dengan kualitas informasi. Hubungan tersebut mempunyai angka P sebesar 0,005 yang berarti ada hubungan yang nyata antara kualitas sistem dengan kualitas informasi.
Angka korelasi yang ditunjukkan pada Gambar 3 sebesar 0,658 menunjukkan hubungan tersebut cukup erat. Sedangkan arah hubungan adalah positif, karena tidak adanya tanda negatif (tanda”-“) pada angka 0,658. Dengan demikian, hubungan keduanya adalah searah, yang berarti semakin tinggi kualitas sistem SAP akan semakin tinggi pula kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem SAP tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian dengan 70 responden pengguna SAP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali, didapat kesimpulan sebagai berikut.
1. Model sukses penerapan ERP (dalam hal ini SAP) di PT PLN (Persero) Distribusi Bali yang diusulkan dipengaruhi tiga konstruk, yaitu: kualitas sistem, kualitas informasi dan net benefit.
2. Net benefit (manfaat) penerapan SAP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali dipengaruhi oleh kualitas sistem dan kualitas informasi.
3. Kualitas sistem SAP dan kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem SAP saling mempengaruhi.
4. Secara agregat kualitas sistem SAP dan kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem SAP secara bersama-sama mempengaruhi net benefit yang dapat diperoleh PT PLN (Persero) Distribusi Bali atas penerapan ERP dengan koefisien jalur sebesar 0,92.
5. Semua indikator yang dipilih, dapat menjelaskan semua variabel yang ada, sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut.
a. Kualitas dari sistem SAP menurut pengguna SAP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali dapat dijelaskan oleh isi basis data (dengan bobot point 0,54), kemudahan dipelajari (dengan bobot point 0,63) dan keluwesan sistem (dengan bobot poin 0,70).
b. Kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem SAP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali dipengaruhi oleh kepahaman (dengan bobot poin 0,86), akurasi (dengan bobot poin 0,75) dan ketepatan waktu dari informasi yang dihasilkan oleh sistem SAP tersebut (dengan bobot poin 0,74).
c. Penerapan SAP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali dapat memberi net benefit (manfaat), hal ini dapat dijelaskan dengan indikator peningkatan produktivitas individual (dengan bobot poin 0,51), pengurangan biaya operasional (dengan bobot poin 0,64) dan efektivitas organisasional (dengan bobot poin 0,63).

Saran

Adapun saran yang dapat penulis ajukan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Model kesuksesan penerapan ERP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali ini bisa digunakan sebagai acuan untuk melakukan evaluasi terhadap penerapan ERP (dalam hal ini adalah SAP) untuk mendukung tujuan bisnis perusahaan.
2. Agar mendapatkan manfaat yang lebih dari penerapan SAP, kualitas informasi yang dihasilkan sistem SAP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali perlu ditingkatkan terutama dengan meningkatkan akurasi data dan ketepatan waktu dari informasi yang dihasilkan oleh sistem SAP. Demikian pula untuk kualitas sistem walaupun nilai estimasi terhadap manfaat penerapan SAP di PT PLN (Persero) Distribusi Bali sudah cukup baik dan lebih besar dibandingkan kualitas informasi, namun unsur isi basis data dan kemudahan dipelajari masih tetap harus ditingkatkan guna memperoleh manfaat yang lebih maksimal lagi.
3. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan memperluas cakupan di seluruh area PT PLN (Persero) di seluruh Indonesia bukan hanya di Distribusi Bali saja. Dengan jumlah responden yang semakin besar diharapkan akan diperoleh data dan model yang semakin valid untuk mengukur kesuksesan penerapan SAP di PT PLN (Persero).

DAFTAR PUSTAKA
Anggrainingsih, Rini. 2008. Model Kesuksesan Implementasi ERP (Enterprise Resource Planning) Pada Perusahaan PT Apac Inti Corpora Untuk Pabrik Spinning II di Bawean. Tesis Tidak Terpublikasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Hawaii International Conference on System Science. IEEE Computer Society.
Dhewanto, Wawan; & Falahah. 2007. ERP (Enterprise Resource Planning) Menyelaraskan Teknologi Informasi dengan Strategi Bisnis (Dilengkapi dengan Ulasan Fitur Berbagai Software ERP Terkemuka). Bandung: Informatika Bandung. 

Rawasti, Gustini. 2007. Evaluasi Keberhasilan Penerapan SAP R/3 di Lingkungan PT. Pertamina (Persero). Tesis Tidak Terpublikasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.